Bank Soal UT - Selamat tiba di laman kumpulan soal-soal ujian universitas terbuka, yang mana pada pembahasan kali ini, kita bakal membahas secara khusus untuk Contoh terbaru Soal TAP UT PGSD Tugas Akhir Program PDGK4500 Lengkap Dengan Kunci Jawaban.
Panduan Cara mengerjakan TAP PGSD UT
Untuk mata kuliah TAP (Tugas Akhir Program) ini Bapak/Ibu tidak akan mengerjakan Ujian pilihan ganda, melainkan disuruh untuk kerjakan soal essay. Yang akan di jawab dengan tulis tangan yang rapi dan tanggapan Anda akan di nilai untuk memilih Anda lulus atau tidaknya.
Sharing pengalaman dari para alumni UT, mereka galau ketika ujian TAP PGSD. Hal ini, dikarenakan galau harus menjawab apa, alasannya yaitu nantinya tanggapan di tuntut untuk panjang dan tidak terlalu pendek. Belum lagi goresan pena harus rapi dan Anda harus bisa menalar jawaban. Nah, bagi anda yang sebentar lagi ujian TAP PGSD baik 2018.2 2019.1 ataupun 2019.2 silahkan persiapkan mulai dari sekarang, yaitu dengan cara belajar. Dan memahami konsep menjawab soal-soal TAP dengan baik.
Soal Ujian UT PGSD Semester 9 Lainnya:
Soal TAP - Tugas Akhir Program
Pak Sartono mengajar di kelas 6 SD Terbuka. Suatu pagi, Pak Sartono masuk kelas dengan membawa sebuah globe. Perhatian belum dewasa tertuju kepada globe tersebut, namun Pak Sartono hanya meletakkan globe itu di depan kelas.
Sesudah dia ucapkan salam dan menanyakan siapa yang tidak hadir, Pak Sartono sampaikan bahwa hari ini, dalam pelajaran IPA akan dibahas mengenai tata surya dengan topik terjadinya siang dan malam. Disampaikan olehnya pada selesai pembelajaran nanti, belum dewasa diharapkan sanggup menjelaskan perihal terjadinya siang dan malam. Tanpa memberi kesempatan bertanya, Pak Sartono melanjutkan pertanyaan.
Sambil bangun di depan kelas, Pak Sartono menjelaskan terjadinya siang dan malam. Anak-anak melihat ke Pak Sartono dengan muka penuh tanda tanya. Dengan lancar Pak Sartono menjelaskan bahwa siang dan matam teoadi alasannya yaitu bumi berputar pada porosnya sendiri. Anak-anak kelihatan mulai bosan, mereka ibarat masih menunggu Pak Sartono memakai globe yang dipajang di depan kelas, namun hingga klarifikasi berakhir, globe itu tidak pemah disentuh.
Setelah klarifikasi selesai, Pak Sartono memberi kesempatan kepada belum dewasa untuk bertanya. Namun, tidak ada yang bertanya. Pak Sartono kemudian meminta belum dewasa mengeluarkan buku latihan, dan mengerjakan soal yang terdiri dari 10 pertanyaan yang ditulis di papan tulis.
Ketika belum dewasa bekerja, Pak Sartono keluar kelas. Anak-anak kelihatan galau alasannya yaitu tidak mengerti bagaimana harus menjawab soal tersebut. Mereka akhimya membuka buku IPA dan mencoba mencari jawabannya di sana. Namun, banyak anak yang malas membaca sehingga mereka sama sekali tidak menjawab.
Ketika Pak Sartono masuk kelas dan bertanya apakah belum dewasa sudah selesai mengerjakan soal tersebut, dia menjadi murka alasannya yaitu temyata hanya 5 orang dari 30 orang anak yang selesai mengerjakan soal tersebut. Anak yang lima orang tersebut hanya menyalin dari buku IPA, tanpa meyakini apakah jawabannya benar atau salah, sedangkan belum dewasa yang lain menyampaikan tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut alasannya yaitu tidak mengerti.
Pak Sartono terdiam, ia sangat murka dan kecewa, tetapi mencoba menahan amarahnya. Beliau meminta belum dewasa beristirahat. Pak Sartono tinggal sendiri di dalam kelas. Ia mencoba mengingat apa yang terjadi di kelasnya.
Pertanyaan :
a. Identikasi masalah
b. Analisis Masalah (maksimal 4 butir).
c. Rumusan Masalah
d. Tujuan Perbaikan.
e. Langkah-langkah perbaikan
f. Untuk langkah-langkah perbaikan, kembangkan mekanisme pembelajaran yang ditempuh yang meliputi kegialan awal, acara inti, dan acara penutup.
Rambu Jawaban
1. Peristiwa penting yang sanggup mengakibatkan timbulnya masalah.
1) Pada awal pelajaran tidak ada tanya jawab perihal topik yang akan dibahas.
2) Topik yang akan dibahas tidak dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
3) Tidak memakai alat peraga contohnya globe, ketika menjelaskan hanya dipajang saja.
4) Tldak memberi rujukan atau ilustrasi.
5) Tidak menilik pemahaman siswa sehabis menjelaskan.
6) Tidak memperlihatkan petunjuk yang terang ketika siswa diberi latihan
7) Tldak melaksanakan pengelolaan kelas mlsalnya melaksanakan supervisi ketika siswa mengerjakan latihan
2. Rencana Perbalkan
ldentifikasi Masalah :
a. Pembelajaran Pak Sartono kurang berhasil
b. Hanya 5 dari 30 anak yang selesai mengeriakan soal, sisanya menyampaikan tidak sanggup menjawab soal tersebut.
Analisis Masalah
a. Guru tidak memakai alat peraga
b. Penjelasan terlampau abstrak
c. Tidak ada tanya jawab, baik pada acara awal, maupun acara inti
d. Siswa hanya menjadi pendengar pasif
e. Topik tidak dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari
f. Tidak menilik pemahaman siswa
g. Tldak memperlihatkan petunjuk sebelum siswa berlatih
h. Tidak memantau acara yang dilakukan siswa ketika berlatih
Rumusan Masalah
Bagaimana cara meningkatkan pemahaman siswa terhadap topik tata surya datam hal ini terjadinya siang dan matam melalui :
a. Penggunaan alat peraga, atau
b. Diskusi kelompok, atau
c. Metode demonstrasi, atau
d. Eksperimen
Tujuan Perbaikan
Meningkalkan kinerja guru sehingga meningkatkan pemahaman siswa terhadap topik tata surya melalui :
a. Penggunaan alat peraga, atau
b. Diskusi kelompok, atau
c. Metode demonstrasi, atau
d. Eksperimen
Langkah Kegiatan Perbaikan
Kegiatan Awal :
a. Menyampaikan tujuan pembelajaran
b. Menyampaikan acara yang akan dilakukan
c. Apersepsi : mengajukan pertanyaan, mengaitkan materi dengan pelajaran sebelumnya atau pengalaman siswa sehari-hari
d. Memberikan pre-test
Kegiatan Inti :
a. Dengan pinjaman anak, guru mendemonstrasikan terjadinya siang dan malam dengan memakai globe dan lampu senter.
b. Selama peragaan, guru melaksanakan tanya jawab (untuk mengonkretkan terjadinya siang dan malam, serta mengaktifkan anak)
Atau
a. Guru membagi siswa dalam kelompok dan menjelaskan yang harus dilaksanakan.
b. Secara berkelompok, belum dewasa memperagakan terjadinya siang dan malam dengan memakai bola dan lampu senter yang dibawa oleh masing-masing kelompok (untuk memantapkan pemahaman siswa, atau melatih kerja sama.
c. Setiap kelompok memberi laporan perihal hasil kerja kelompoknya (untuk menyebarkan pengalaman dengan kelompok lain)
Kegiatan Penutup :
a. Memberikan tes tertulis dan membahas hasil tes dan memperlihatkan balikan, atau
b. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi yang telah dibahas, atau
c. Siswa dengan bimbingan guru menciptakan rangkuman materi yang telah dibahas.
Nah, bagi anda yang memerlukan format doc dokumen .pdf nya silahkan anda klik disini
Soal:
Ibu Pratiwi mengajar di kelas satu SD. Suatu hari, Ibu Pratiwi membacakan sebuah cerita. Anak-anak mendengarkan dengan sungguh-sungguh. Setelah selesai membacakan dongeng tersebut, Bu Pratiwi bertanya kepada anak-anak.
Bu Pratiwi: “Siapa nama anak yang pandai dalam dongeng tadi?”
Anak-anak menjawab serentak: “Dewi”.
Bu Pratiwi: “ Bagus sekali anak-anak, kini coba tulis nama Dewi di buku masing-masing”.
Semua anak segera menulis. Bu Pratiwi berkeliling mengamati belum dewasa menulis. Setelah semua anak kelihatan selesai menulis, Bu Pratiwi meminta seorang anak maju ke depan untuk menuliskan kata dewi di papan tulis.
Bu Pratiwi: “Siapa yang tulisannya sama dengan yang di papan tulis?”
Semua anak mengangkat tangan. Bu Pratiwi melanjutkan pertanyaan.
Bu Pratiwi: “Dewi tinggal di mana anak-anak? Yang menjawab, angkat tangan”
Semua anak mengangkat tangan. Bu Dewi menunjuk seorang anak.
Tika: “Di desa, Bu”.
Dari tanggapan ini, Bu Pratiwi mengajak belum dewasa bercerita perihal jenis-jenis tumbuhan yang ada di desa, perihal sawah, perihal penerangan yang digunakan orang-orang di desa, perihal jual beli di pasar desa, dan perihal sungai yang airnya sangat jernih dengan ikan-ikan yang berenang hilir mudik. Cerita itu menjadi menarik alasannya yaitu Bu Pratiwi juga membawa gambar-gambar yan menarik perihal desa, yang dipajangnya di papan tulis.
Pertanyaan:
Dilihat dari topik-topik yang dicakup dalam pembelajaran di atas, model pembelajaran apa yang diterapkan oleh Bu Pratiwi? Jelaskan secara singkat 3 (tiga) karakteristik model pembelajaran tersebut.
Apakah model pembelajaran tersebut sesuai untuk anak kelas I? Dukung tanggapan Anda dengan 3 (tiga) alasan yang terkait dengan perkembangan anak dan teori belajar.
Jawaban Soal TAP S1 PGSD UT
CONTOH JAWABAN:
1. Model pembelajaran yang diterapkan oleh Bu Pratiwi yaitu model pembelajaran terpadu. Adapun 3 (tiga) karakteristik model pembelajaran terpadu yaitu sebagai berikut:
Berpusat pada siswa (student centered). Pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memperlihatkan keleluasaan kepada siswa baik secara individu maupun secara kelompok. Siswa aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan tingkat perkembangan mereka.
Menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan. Pembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena dari banyak sekali macam aspek yang membentuk semacam jalinan antarskemata yang dimiliki oleh siswa, sehingga akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari siswa. Hasil nyata yang didapat dari segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang dipelajari, dan mengakibatkan acara berguru menjadi lebih bermakna. Dengan ini, sanggup diharapkan kemampuan siswa untuk menerapkan perolehan belajaranya pada pemecahan masalah-masalah nyata dalam kehidupannya.
Belajar melaui proses pengalaman langsung. Pada pembelajaran terpadu siswa diprogramkan untuk terlibat secara pribadi pada konsep dan prinsip yang dipelajari dan memungkinkan siswa berguru dengan melaksanakan acara secara langsung, sehingga siswa akan memahami hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan tragedi yang mereka alami, bukan sekedar informasi dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator yang membimbing ke arah tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan siswa, berperan sebagaipencari fakta dan informasi untuk mengembangkan pengetahuannya
Lebih memperhatikan proses daripada hasil semata. Pada pembelajaran terpadu dikembangkan pendekatan inovasi terbimbing (discovery inquiry) yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran terpadu dilaksanakan dengan mempertimbangkan minat dan kemampuan siswa sehingga memungkinkan siswa untuk terus-menerus termotivasi untuk belajar.
Sarat dengan muatan keterkaitan. Pembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan dan pengkajian suatu tanda-tanda atau tragedi dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandangnya yang terkotak-kotak sehingga memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi, yang pada gilirannya nanti akan menciptakan siswa lebih cendekia dan bijak dalam menyikapi dan menghadapi tragedi yang ada.
Bersifat fleksibel. Pembelajaran terpadu bersifat luwes (fleksibel), dimana guru sanggup mengaitkan materi didik dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
2. Ya, model pembelajaran terpadu sesuai untuk anak kelas 1 SD, alasannya yaitu 3 alasan berikut:
Sesuai dengan cara berguru anak. Anak yang duduk di kelas awal SD dalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini merupakan masa perkembangan yang sangat penting dan sering disebut periode emas (the golden years). Siswa pada usia ibarat anak kelas 1 SD masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan, satu keterpaduan (berpikir holistik) dan memahami relasi antar konsep secara sederhana. Piaget (1950) menyatakan bahwa setiap anak mempunyai struktur kognitif yang disebut schemata, yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman perihal objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikirannya) dan proses kemudahan (proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek). Belajar dimaknai sebagai proses interaksi anak dengan lingkungannya.
Sesuai dengan tahap perkembangan intelektual anak yang berada pada tahap operasi konkret. Anak-anak berguru dari hal-hal konkret, yakni yang sanggup dilihat, sanggup didengar, sanggup diraba, sanggup dirasa, dan sanggup dibaui. Proses pembelajaran masih bergantung pada objek-objek aktual dan pengalaman yang dialami mereka secara langsung, di mana hal ini sesuai dengan falsafah berguru bermakna (meaningful learning). Pembelajaran terpadu mengakomodasi kebutuhan anak untuk berguru dari hal-hal yang aktual sebagaimana yang telah dilakukan oleh Ibu Pratiwi. Belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi gres pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Kebermaknaan berguru menghasilkan pemahaman yang utuh sehingga konsep yang telah dipelajari akan dipahami dengan baik dan tak gampang dilupakan.
Saat proses berguru melalui pembelajaran terpadu, setiap anak, termasuk anak kelas 1 SD, tidak sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi juga berupa acara menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang lebih utuh. Ini juga sejalan dengan falsafah konstruktivisme yang menyatakan bahwa anak mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan objek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak sanggup ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak.
Untuk mendapat doc dokumen format .pdf nya silahkan Bapak/Ibu klik disini
Penting!
Kerjakanlah soal ujian ini dengan jujur, jikalau terbukti melaksanakan kecurangan/contek-mencontek selama ujian, Anda akan dikenai hukuman akademis berupa pengurangan nilai atau tidak diluluskan (diberi nilai E).
Apabila terbukti memakai JOKI pada ketika ujian, semua mata kuliah yang ditempuh akan diberi nilai E.
Baca dengan cermat kasus-kasus berikut ini, kemudian jawab pertanyaan yang mengikutinya.
Kasus A
Pak Purwadi yaitu seorang guru kelas 4 di sebuah SD yang terletak di tempat pegunungan. Dalam mata pelajaran matematika perihal pecahan, Pak Purwadi menjelaskan cara menjumlahkan pecahan dengan memberi rujukan di papan tulis. Salah satu penjelasannya yaitu sebagai berikut:
Pak Purwadi:
"Perhatikan anak-anak, kalau kita menjumlahkan pecahan, penyebutnya harus disamakan terlebih dahulu, kemudian pembilangnya dijumlahkan. Perhatikan rujukan berikut: 1/2 + 1/4 = 2/4 + 1/4 = 3/4. Perhatikan lagi rujukan ini: 1/2 + 1/3 = 3/6 + 2/6 = 5/6. Makara yang dijumlahnya yaitu pembilangnya, sedangkan penyebutnya tetap. Mengerti anak-anak?"
Anak-anak diam, mungkin mereka bingung.
Pak Purwadi:
Pasti sudah jelas, kan. Nah kini coba kerjakan soal-soal ini."
Pak Purwadi menulis 5 soal di papan tulis dan belum dewasa mengeluarkan buku latihan. Secara berangsur-angsur mereka mulai mengerjakan soal, namun sebagian besar anak ribut alasannya yaitu tidak tahu bagaimana cara mengerjakannya. Hanya beberapa anak yang tampak mengerjakan soal, yang lain hanya menulis soal, dan ada pula yang bertengkar dengan temannya. Selama belum dewasa bekerja Pak Purwadi duduk di depan kelas sambil membaca.
Setelah selesai, belum dewasa diminta saling bertukar hasil pekerjaannya. Pak Purwadi meminta seorang anak menuliskan jawabannya di papan tulis. Tetapi alasannya yaitu tanggapan itu salah, Pak Purwadi kemudian menuliskan semua tanggapan di papan tulis. Kemudian belum dewasa diminta menilik pekerjaan temannya, dan mencocokkan dengan tanggapan di papan tulis. Alangkah kecewanya Pak Purwadi ketika mengetahui bahwa dari 30 anak, hanya seorang yang benar semua, sedangkan seorang lagi benar 3 soal, dan yang lainnya salah semua.
Pertanyaan Kasus A
Identifikasi 3 kelemahan pembelajaran yang dilakukan Pak Purwadi dalam kasus di atas. Berikan alasan mengapa itu anda anggap sebagai kelemahan. (skor 6).
Jika anda yang menjadi Pak Purwadi, jelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan anda tempuh untuk mengajarkan pecahan dengan penyebut yang berbeda. Beri alasan mengapa langkah-langkah itu yang anda tempuh. (skor 15)
Kasus B (Contoh Soal TAP S1 PGSD UT - Universitas Terbuka Program Pendas)
Bu Lince mengajar di kelas 1 SD Sekarharum yang terletak di ibukota sebuah kecamatan. Suatu hari Bu Lince mengajak belum dewasa berbincang-bincang mengenai sayur-sayuran yang banyak dijual di pasar. Anak-anak diminta menyebutkan sayur yang paling disukainya dan menuliskannya di buku masing-masing. Anak-anak kelihatan besar hati dan berlomba menyebutkan dan menuliskan sayur yang disukainya. Pada selesai perbincangan Bu Lince meminta seorang anak menuliskan nama sayur yang sudah disebutkan, sedangkan belum dewasa lain mencocokkan pekerjaannya dengan goresan pena di papan.
Setelah selesai belum dewasa diminta menciptakan kalimat dengan memakai kata-kata yang ditulis di papan tulis.
Bu Lince:
"Anak-anak, lihat kata-kata ini. Ini nama sayur-sayuran. Baca baik-baik, buat kalimat dengan kata-kata itu ya."
Anak-ank menjawab serentak:
"Ya, Bu."
Kemudian Bu Lince pergi ke mejanya dan memperhatikan apa yang dilakukan anak-anak. Karena tak seorangpun yang mulai bekerja, Bu Lince kelihatan tidak sabar.
"Cepat bekerja, dan angkat tangan jikalau sudah punya kalimat." kata Bu Lince dengan bunyi keras. Anak-anak kelihatan bingung, namun Bu Lince membisu saja dan tetap duduk di kursinya. Perhatian belum dewasa menjadi berkurang, bahkan ada yang mulai mengantuk, dan sebagian mulai bermain-main. Mendengar bunyi gaduh, Bu Lince dengan keras menyuruh belum dewasa membisu dan menunjuk seorang anak untuk membacakan kalimatnya. Anak yang ditunjuk membisu alasannya yaitu tidak punya kalimat yang akan dibacakan. Bu Lince memanggil kembali dengan bunyi keras semoga semua anak menciptakan kalimat.
Pertanyaan Kasus B
Bandingkan suasana kelas yang diuraikan pada paragraf 1 dan paragraf selanjutnya, ditinjau dari segi guru, murid, dan acara (skor 6).
Pendekatan pembelajaran mana yang sebaiknya diterapkan oleh Bu Lince ketika mengajar perihal sayur-sayuran untuk belum dewasa kelas 1? Berikan alasan, mengapa pendekatan tersebut yang anda anggap sesuai. (skor 3).
Kembangkan topik sayur-sayuran yang akan anda sajikan dengan pendekatan yang anda sebut pada nomor 2 (skor 5)
Demikian salah satu rujukan soal TAP S1 PGSD UT (Universitas Terbuka) untuk Program Pendas atau pendidikan dasar dari blog penelitian tindakan kelas. Pada goresan pena berikutnya kami akan memperlihatkan bagaimana rujukan tanggapan untuk kedua kasus pembelajaran di atas. Sampai jumpa.
Contoh Jawaban Soal TAP S1 PGSD Universitas Terbuka
Seperti janji blog penelitian tindakan kelas pada goresan pena sebelumnya yang menampilkan rujukan soal TAP (Tugas Akhir Program) untuk mahasiswa FKIP UT (Universitas Terbuka) agenda Pendas (Pendidikan Dasar), maka goresan pena kali ini memuat rujukan tanggapan dari soal tersebut. Untuk menyegarkan kembali ingatan anda: SOAL TAP S1 PGSD UT sanggup anda baca di sini.
Baik berikut rujukan tanggapan dari soal tersebut:
= = = = = = = = = =
JAWABAN SOAL TAP S1 PGSD -UT KASUS A (Pak Purwadi)
1. Tiga (3) kelemahan pembelajaran Pak Purwadi adalah:
Pak Purwadi tidak menjelaskan bagaimana menuntaskan soal secara bertahap, contohnya pada kasus tersebut tampak Pak Purwadi sama sekali tidak menjelaskan bagaimana caranya untuk menyamakan penyebut bilangan pecahan. Penjelasannya terlalu singkat sehingga tidak jelas. Padahal klarifikasi yang runtut, terang dan logis selangkah demi selangkah diharapkan untuk menciptakan siswa gampang memahami penjumlahan pecahan tersebut.
Pak Purwadi tidak mengecek pemahaman siswanya dengan baik. Ia hanya menanyakan "Mengerti anak-anak?". Pertanyaan model ini tidak sanggup mengecek pemahaman siswa. Seharusnya ia menanyakan langkah-langkah menjumlahkan pecahan secara langsung, contohnya dengan menanyakan, "Mengapa penyebut pada langkah penjumlahan pecahan itu diubah menjadi 4 dan 6?" dan sebagainya. Pertanyaan pribadi mengarah ke materi pelajaran, bukan menanyakan apakah anak mengerti atau tidak saja.
Pak Purwadi tidak membimbing siswa, sehabis memperlihatkan 5 soal latihan, alih-alih berkeliling memperlihatkan pinjaman pada siswa yang membutuhkan, ia malah duduk di depan kelas (di kursinya) sambil membaca.
Ketika salah seorang anak diminta menuliskan jawabannya di papan tulis, Pak Purwadi tidak meminta tanggapan dari siswa lain. Hal ini merupakan sebuah kelemahan pembelajaran, padahal apabila Pak Purwadi memanfaatkannya menjadi materi diskusi dan kesempatan untuk menjelaskan kembali materi terkait soal tersebut maka pembelajaran akan sanggup menjadi lebih baik.
2. Pada materi penjumlahan pecahan tersebut, jikalau saya menjadi Pak Purwadi maka langkah-langkah yang akan saya lakukan yaitu sebagai berikut:
KEGIATAN PENDAHULUAN
Melakukan apersepsi
Memberikan motivasi
Menyampaikan tujuan pembelajaran
KEGIATAN INTI
Memberikan sebuah rujukan soal perihal penjumlahan pecahan yang mempunyai penyebut yang berbeda, misal 1/4 + 1/2
Menyajikan langkah-langkah demi langkah cara menuntaskan rujukan soal tersebut secara runtut, rinci, jelas, dan logis kepada siswa.
Memberikan sebuah rujukan soal lagi, misal 1/3 + 1/4
Meminta siswa untuk berpartisipasi secara bergantian untuk menuntaskan soal tersebut selangkah demi selangkah, sembari mengecek pemahaman setiap siswa.
Membantu siswa yang mengalami kesulitan pada langkah-langkah yang dilakukan untuk menuntaskan soal tersebut.
Memberi sebuah rujukan soal lagi, contohnya 1/2 + 1/5.
Kembali meminta siswa mengerjakan soal tersebut, kali ini secara berpasangan dengan sobat sebangku mereka (teman yang duduk berdekatan) masing-masing.
Meminta siswa mengecek hasil pekerjaan mereka dengan membandingkannya dengan hasil pekerjaan pasangan lainnya.
Meminta mereka mendiskusikan apabila terdapat perbedaan jawaban, sembari guru memperlihatkan bimbingan bila diperlukan.
Memberikan soal latihan sebanyak 5 buah rujukan soal untuk dikerjakan.
Mengecek tanggapan siswa dengan meminta beberapa orang menuliskan tanggapan mereka masing-masing di papan tulis.
memfasilitasi diskusi kelas apabila terdapat perbedaan-perbedaan tanggapan siswa.
PENUTUP
Mengajak siswa merefleksi dan menyimpulkan pembelajaran yang telah diikuti.
Memberikan kiprah rumah (PR) dan meminta siswa berguru untuk materi pada pertemuan berikutnya.
= = = = = = = = = =
JAWABAN SOAL KASUS TAP S1 PGSD UT KASUS B (BU LINCE)
1. Pada Paragraf 1, tampak Bu Lince dan semua siswa sangat menikmati pembelajaran yang dilaksanakan. Hal ini terlihat dari bagaimana Bu Lince dengan bagusnya mengajak siswa-siswa tersebut untuk berbincang-bincang mengenai sayur-sayuran yang dijual dipasar dan sayuran mana yang paling mereka sukai. Dengan baik sekali Bu Lince melaksanakan pembelajaran di belahan awal. Anak-anakpun dengan gampang mengikutinya dengan bahagia dan gembira. Berbeda dengan paragraf berikutnya, ketika Bu Lince mulai meminta belum dewasa kelas 1 itu untuk menciptakan kalimat dari kata-kata yang telah ditulis mereka di buku catatan masing-masing. Tentu saja pelajaran berikutnya ini lebih rumit dibanding sesi pertama yang hanya meminta mereka menuliskan sayuran yang disukai. Lebih-lebih belum dewasa tidak diberikan rujukan atau cara bagaimana menciptakan dan menulis kalimat yang bekerjasama dengan sayur-sayuran tersebut, dan tanpa pembimbingan sama sekali. Anak-anak menjadi bingung, ribut, dan frustasi.
2. Pendekatan yang sebaiknya digunakan oleh Bu Lince untuk belum dewasa kelas 1 ini yaitu pembelajaran terpadu (tematik), alasannya yaitu pemikiran belum dewasa kelas 1 masih bersifat holistik. Selain itu pembelajaran tematik menciptakan siswa lebih aktif (terlibat aktif dalam pembelajaran), fleksibel dan sesuai dengan minat dan perkembangan siswa.
3. Apabila kita mengajarkan pembelajaran tematik di kelas 1 dengan tema sayur-sayuran, maka tema ini sanggup dikembangkan untuk membelajarkan siswa pada banyak sekali mata pelajaran yang terkait dengan tema itu, misalnya: untuk mata pelajaran bahasa, siswa sanggup diminta menuliskan jenis-jenis sayuran yang biasa mereka jumpai di pasar, untuk mata pelajaran IPA siswa sanggup diajak untuk mengenal bagian-bagian tumbuhan yang digunakan sebagai sayuran ibarat daun, batang, bunga, buah, atau umbi. Pada mata pelajaran PKn misalnya, guru sanggup mengajarkan sikap jujur dalam acara jual beli di pasar, serta untuk pelajaran Penjaskes, bahwa untuk tumbuh sehat, kita membutuhkan zat-zat bergizi berupa vitamin yang terdapat dalam sayur-sayuran yang kita konsumsi.
Bagi Bapak/Ibu yang ingin mendapat file doc dokumen .Pdf nya silahkan anda klik disini
Bu Is akan mengajarkan IPA dengan topik pernapasan pada manusia, di kelas V SD. Ia mempersiapkan media berupa gambar organ pernapasan dan model organ pernapasan dan model organ pernapasan manusia. Ia juga mempersiapkan Lomba Kompetensi Siswa perihal nama – nama organ pernapasan manusia.
Sebelum mengajar, Bu Is memperlihatkan apersepsi bahwa salah satu ciri makhluk hidup yaitu bernapas. Bu Is juga memberikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu perihal macam/nama organ pernapasan insan dan fungsi masing–masing organ tersebut. Setelah itu, Bu Is memulai mengajar materi perihal organ pernapasan. Ia menyuruh semua murid menarik napas untuk menunjukan bahwa insan bernapas dan untuk mengetahui dimana letak organ – organ pernapasan tersebut. Bu Is memasang organ pernapasan insan di papan tulis, dan tanya jawab perihal nama – nama organ pernapasan manusia. Setelah itu Bu Is memperlihatkan Lomba Kompetensi Siswa sebagai latihan secara berkelompok. Siswa melaporkan hasil diskusinya dan kelompok lain menanggapinya.
Untuk menambah pemahaman siswa, Bu Is memperlihatkan model organ pernapasan manusia. Hal ini juga bertujuan menciptakan siswa lebih tertarik untuk mengetahui siswa lebih tertarik untuk mengetahui letak dan fungsi organ pernapasan manusia. Sambil memperlihatkan pada model, Bu Is mengadakan tanya jawab perihal fungsi masing-masing organ pernafasan pada manusia.
Setelah itu Bu Is mengadakan evaluasi, dan sehabis dikoreksi, Bu Is tidak menyangka bahwa risikonya tidak memuaskan. Hasil nilai murid yang mencapai 75 ke atas hanya 10 orang dari 30 siswa. Bu Is merenung, mengapa sasaran tidak tercapai, padahal dia menargetkan 75 % siswa mendapat nilai 75 ke atas ?
1. Mengidentifikasi duduk kasus yang penting
Bu Is mengajarkan materi IPA dengan topik organ pernapasan insan kelas V SD.
Media yang digunakan yaitu gambar dan model organ pernapasan manusia.
Lomba Kompetensi Siswa yang berisi gambar organ pernapasan insan dan siswa disuruh untuk menjelaskan nama.
Mengadakan apersepsi dengan menyatakan bahwa salah satu ciri makhluk hidup yaitu bernapas.
Menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu supaya siswa – siswa mengetahui perihal nama – nama organ pernapasan insan dan fungsinya.
Metode yang digunakan demonstrasi, tanya jawab, penugasan, diskusi, ceramah.
Setelah hasil ulangan diperiksa ternyata hanya ada 10 orang siswa yang nilainya 75 ke atas dari 30 orang siswa.
2. Bu Is sudah merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dengan baik, ternyata risikonya kurang memuaskan.
3. Analisis penyebab masalah
a. Bu Is terlalu banyak memakai metode, sehingga dalam pelaksanaan
masing – masing metode kurang tuntas.
b. Bu Is tidak memperlihatkan pemantapan materi dan kesimpulan di akhir
acara berguru mengajar.
c. Bu Is kurang menguasai materi
4. Alternatif pemecahan masalah
Seharusnya dalam proses berguru mengajar, Bu Is tidak terlalu banyak memakai metode, alasannya yaitu hal itu justru menciptakan proses pemahaman konsep menjadi tidak mantap. Pilih beberapa metode saja yang dianggap paling sempurna untuk mengajarkan materi tersebut.
Pada selesai proses berguru mengajar, seharusnya Bu Is memperlihatkan pemantapan dan kesimpulan, supaya siswa lebih paham terhadap materi yang diajarkan.
Sebelum mengajar seharusnya Bu Is sudah menguasai materi sehingga dalam pelaksanaannya berjalan dengan lancar, jelas, dan semoga yang disampaikan gampang di serap oleh siswa.
5. Pemecahan masalah
Jika diamati lebih dalam, kasus yang muncul dalam pembelajaran Bu Is yaitu alasannya yaitu kurang menguasai materi. Padahal salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu kompetensi professional. Artinya ia harus mempunyai pengetahuan yang luas serta dalam dari bidang studi yang akan diajarkan serta penguasaan metodologis dalam arti mempunyai pengetahuan konsep teoritik, bisa mempunyai metode yang sempurna serta bisa memakai banyak sekali metode dalam PBM. Guru juga harus mempunyai pengetahuan luas perihal landasan kependidikan dan pemahaman terhadap murid.
Hal ini juga ibarat yang dikemukakan oleh Robert W. Richey ( 1974 ) bahwa ciri – ciri profesionalisasi jabatan guru salah satunya yaitu para guru di tuntut mempunyai pemahaman serta ketrampilan yang tinggi dalam hal materi pengajar, metode, anak didik dan landasan kependidikan.
Johnson ( 1980 ) menjabarkan cakupan kemampuan professional guru diantaranya yaitu penguasaan materi pelajaran yang etrdiri atas penguasaan materi yang harus diajarkan dan konsep-konsep dasar keilmuan dari materi yang diajarkannya.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penguasaan materi bagi seorang guru yaitu mutlak adanya. Makara untuk mengatasi kasus tersebut di atas, hal yang paling penting yang harus dikerjakan yaitu peningkatan kompetensi guru dengan cara rajin membaca, menerapkan dan mengembangkan ilmunya. Dengan langkah ibarat ini, diharapkan sanggup meningkatkan kualitas guru yang berimbas pada peningkatan prestasi siswa. Makara kasus di atas tidak akan terulang kembali.
Soal UT: 100+ Contoh Soal TAP UT PGSD Tugas Akhir Program PDGK4500 Lengkap Dengan Kunci Jawaban |
Mata Kuliah Pendukung PDGK4500/TAP adalah:
- PDGK4401 Materi dan Pembelajaran PKn SD
- PDGK4405 Materi dan Pembelajaran IPS SD
- PDGK4503 Materi dan Pembelajaran IPA SD
- PDGK4406 Pembelajaran Matematika SD
- PDGK4504 Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD
- PDGK4403 Pendidikan Anak di SD
- IDIK4008 Penelitian Tindakan Kelas
Panduan Cara mengerjakan TAP PGSD UT
Untuk mata kuliah TAP (Tugas Akhir Program) ini Bapak/Ibu tidak akan mengerjakan Ujian pilihan ganda, melainkan disuruh untuk kerjakan soal essay. Yang akan di jawab dengan tulis tangan yang rapi dan tanggapan Anda akan di nilai untuk memilih Anda lulus atau tidaknya.
Sharing pengalaman dari para alumni UT, mereka galau ketika ujian TAP PGSD. Hal ini, dikarenakan galau harus menjawab apa, alasannya yaitu nantinya tanggapan di tuntut untuk panjang dan tidak terlalu pendek. Belum lagi goresan pena harus rapi dan Anda harus bisa menalar jawaban. Nah, bagi anda yang sebentar lagi ujian TAP PGSD baik 2018.2 2019.1 ataupun 2019.2 silahkan persiapkan mulai dari sekarang, yaitu dengan cara belajar. Dan memahami konsep menjawab soal-soal TAP dengan baik.
Soal Ujian UT PGSD Semester 9 Lainnya:
- Soal Ujian UT PGSD PDGK4108 Matematika
- Soal Ujian UT PGSD PDGK4503 Materi dan Pembelajaran IPA SD
- Soal Ujian UT PGSD PDGK4504 Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD
- Soal Ujian UT PGSD PDGK4502 Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran di SD
- Contoh Soal TAP UT PGSD Tugas Akhir Program PDGK4500
Soal TAP UT PGSD 2019 Lengkap Dengan Kunci Jawaban dan Pembahasan
Sambil mengisi rapor tematik K13 K-2013 untuk SD memakai aplikasi rapor Kurikulum 2013 semester 1 tahun pelajaran 2018/2019 yang didalamnya berisi rapor kurikulum 2013 kelas 1 kelas 2 kelas 3 kelas 4 kelas 5 dan kelas 6 SD. Berikut admin berikan beberapa rujukan mengenai Soal UT: 100+ Contoh Soal TAP UT PGSD Tugas Akhir Program PDGK4500 Lengkap Dengan Kunci Jawaban
1. Soal TAP UT PGSD Kasus Pak Sartono
Untuk soal TAP PGSD terbaru, yang pertama ini mengenai kasus pembelajaran yang sedang dialami oleh Guru Kelas SD berjulukan Bapak Sartono. Beliau sedang melaksanakan pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) materi perihal Tata Surya.
Untuk melihat pembahasan kasus Pak Sartono ini, silahkan anda simak baik-baik pada ulasan lengkap dan detai yang kami sematkan di bawah ini:
Soal TAP - Tugas Akhir Program
Kasus Bapak Sartono
Mata Pelajaran: IPA - TATA SURYA
TUGAS AKHIR PROGRAM (TAP)
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
(KODE MATA KULIAH - PDGK 4500)
Pak Sartono mengajar di kelas 6 SD Terbuka. Suatu pagi, Pak Sartono masuk kelas dengan membawa sebuah globe. Perhatian belum dewasa tertuju kepada globe tersebut, namun Pak Sartono hanya meletakkan globe itu di depan kelas.
Sesudah dia ucapkan salam dan menanyakan siapa yang tidak hadir, Pak Sartono sampaikan bahwa hari ini, dalam pelajaran IPA akan dibahas mengenai tata surya dengan topik terjadinya siang dan malam. Disampaikan olehnya pada selesai pembelajaran nanti, belum dewasa diharapkan sanggup menjelaskan perihal terjadinya siang dan malam. Tanpa memberi kesempatan bertanya, Pak Sartono melanjutkan pertanyaan.
Sambil bangun di depan kelas, Pak Sartono menjelaskan terjadinya siang dan malam. Anak-anak melihat ke Pak Sartono dengan muka penuh tanda tanya. Dengan lancar Pak Sartono menjelaskan bahwa siang dan matam teoadi alasannya yaitu bumi berputar pada porosnya sendiri. Anak-anak kelihatan mulai bosan, mereka ibarat masih menunggu Pak Sartono memakai globe yang dipajang di depan kelas, namun hingga klarifikasi berakhir, globe itu tidak pemah disentuh.
Setelah klarifikasi selesai, Pak Sartono memberi kesempatan kepada belum dewasa untuk bertanya. Namun, tidak ada yang bertanya. Pak Sartono kemudian meminta belum dewasa mengeluarkan buku latihan, dan mengerjakan soal yang terdiri dari 10 pertanyaan yang ditulis di papan tulis.
Ketika belum dewasa bekerja, Pak Sartono keluar kelas. Anak-anak kelihatan galau alasannya yaitu tidak mengerti bagaimana harus menjawab soal tersebut. Mereka akhimya membuka buku IPA dan mencoba mencari jawabannya di sana. Namun, banyak anak yang malas membaca sehingga mereka sama sekali tidak menjawab.
Ketika Pak Sartono masuk kelas dan bertanya apakah belum dewasa sudah selesai mengerjakan soal tersebut, dia menjadi murka alasannya yaitu temyata hanya 5 orang dari 30 orang anak yang selesai mengerjakan soal tersebut. Anak yang lima orang tersebut hanya menyalin dari buku IPA, tanpa meyakini apakah jawabannya benar atau salah, sedangkan belum dewasa yang lain menyampaikan tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut alasannya yaitu tidak mengerti.
Pak Sartono terdiam, ia sangat murka dan kecewa, tetapi mencoba menahan amarahnya. Beliau meminta belum dewasa beristirahat. Pak Sartono tinggal sendiri di dalam kelas. Ia mencoba mengingat apa yang terjadi di kelasnya.
Pertanyaan :
- ldentifikasi empat tragedi penting yang terjadi dalam kasus pembelajaran yang dikelola oleh Pak Sartono, yang sanggup mengakibatkan timbulnya masalah.
- Jika Anda yang menjadi Pak Sartono, bagaimana cara Anda mengatasi duduk kasus gagalnya belum dewasa menjawab pertanyaan Pak Sartono? Susunlah satu planning perbaikan melalui penelitian tindakan kelas (PTK). Rencana tersebut meliputi :
a. Identikasi masalah
b. Analisis Masalah (maksimal 4 butir).
c. Rumusan Masalah
d. Tujuan Perbaikan.
e. Langkah-langkah perbaikan
f. Untuk langkah-langkah perbaikan, kembangkan mekanisme pembelajaran yang ditempuh yang meliputi kegialan awal, acara inti, dan acara penutup.
Rambu Jawaban
1. Peristiwa penting yang sanggup mengakibatkan timbulnya masalah.
1) Pada awal pelajaran tidak ada tanya jawab perihal topik yang akan dibahas.
2) Topik yang akan dibahas tidak dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
3) Tidak memakai alat peraga contohnya globe, ketika menjelaskan hanya dipajang saja.
4) Tldak memberi rujukan atau ilustrasi.
5) Tidak menilik pemahaman siswa sehabis menjelaskan.
6) Tidak memperlihatkan petunjuk yang terang ketika siswa diberi latihan
7) Tldak melaksanakan pengelolaan kelas mlsalnya melaksanakan supervisi ketika siswa mengerjakan latihan
2. Rencana Perbalkan
ldentifikasi Masalah :
a. Pembelajaran Pak Sartono kurang berhasil
b. Hanya 5 dari 30 anak yang selesai mengeriakan soal, sisanya menyampaikan tidak sanggup menjawab soal tersebut.
Analisis Masalah
a. Guru tidak memakai alat peraga
b. Penjelasan terlampau abstrak
c. Tidak ada tanya jawab, baik pada acara awal, maupun acara inti
d. Siswa hanya menjadi pendengar pasif
e. Topik tidak dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari
f. Tidak menilik pemahaman siswa
g. Tldak memperlihatkan petunjuk sebelum siswa berlatih
h. Tidak memantau acara yang dilakukan siswa ketika berlatih
Rumusan Masalah
Bagaimana cara meningkatkan pemahaman siswa terhadap topik tata surya datam hal ini terjadinya siang dan matam melalui :
a. Penggunaan alat peraga, atau
b. Diskusi kelompok, atau
c. Metode demonstrasi, atau
d. Eksperimen
Tujuan Perbaikan
Meningkalkan kinerja guru sehingga meningkatkan pemahaman siswa terhadap topik tata surya melalui :
a. Penggunaan alat peraga, atau
b. Diskusi kelompok, atau
c. Metode demonstrasi, atau
d. Eksperimen
Langkah Kegiatan Perbaikan
Kegiatan Awal :
a. Menyampaikan tujuan pembelajaran
b. Menyampaikan acara yang akan dilakukan
c. Apersepsi : mengajukan pertanyaan, mengaitkan materi dengan pelajaran sebelumnya atau pengalaman siswa sehari-hari
d. Memberikan pre-test
Kegiatan Inti :
a. Dengan pinjaman anak, guru mendemonstrasikan terjadinya siang dan malam dengan memakai globe dan lampu senter.
b. Selama peragaan, guru melaksanakan tanya jawab (untuk mengonkretkan terjadinya siang dan malam, serta mengaktifkan anak)
Atau
a. Guru membagi siswa dalam kelompok dan menjelaskan yang harus dilaksanakan.
b. Secara berkelompok, belum dewasa memperagakan terjadinya siang dan malam dengan memakai bola dan lampu senter yang dibawa oleh masing-masing kelompok (untuk memantapkan pemahaman siswa, atau melatih kerja sama.
c. Setiap kelompok memberi laporan perihal hasil kerja kelompoknya (untuk menyebarkan pengalaman dengan kelompok lain)
Kegiatan Penutup :
a. Memberikan tes tertulis dan membahas hasil tes dan memperlihatkan balikan, atau
b. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi yang telah dibahas, atau
c. Siswa dengan bimbingan guru menciptakan rangkuman materi yang telah dibahas.
2. Soal TAP UT PGSD Kasus Ibu Pratiwi
Untuk soal yang kedua ini, mengenai rujukan kasus pembelajaran di kelas yang dialami oleh seorang guru yang berjulukan Ibu Pratiwi. Silahkan simak soal nya baik-baik dan cermati cara menjawab dalam membantu menuntaskan permasalahan yang sedang dialami oleh ibu Pratiwi.
Soal TAP - Tugas Akhir Program
Kasus Ibu Pratiwi
Topik: model pembelajaran terpadu
TUGAS AKHIR PROGRAM (TAP)
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
(KODE MATA KULIAH - PDGK 4500)
Soal:
Ibu Pratiwi mengajar di kelas satu SD. Suatu hari, Ibu Pratiwi membacakan sebuah cerita. Anak-anak mendengarkan dengan sungguh-sungguh. Setelah selesai membacakan dongeng tersebut, Bu Pratiwi bertanya kepada anak-anak.
Bu Pratiwi: “Siapa nama anak yang pandai dalam dongeng tadi?”
Anak-anak menjawab serentak: “Dewi”.
Bu Pratiwi: “ Bagus sekali anak-anak, kini coba tulis nama Dewi di buku masing-masing”.
Semua anak segera menulis. Bu Pratiwi berkeliling mengamati belum dewasa menulis. Setelah semua anak kelihatan selesai menulis, Bu Pratiwi meminta seorang anak maju ke depan untuk menuliskan kata dewi di papan tulis.
Bu Pratiwi: “Siapa yang tulisannya sama dengan yang di papan tulis?”
Semua anak mengangkat tangan. Bu Pratiwi melanjutkan pertanyaan.
Bu Pratiwi: “Dewi tinggal di mana anak-anak? Yang menjawab, angkat tangan”
Semua anak mengangkat tangan. Bu Dewi menunjuk seorang anak.
Tika: “Di desa, Bu”.
Dari tanggapan ini, Bu Pratiwi mengajak belum dewasa bercerita perihal jenis-jenis tumbuhan yang ada di desa, perihal sawah, perihal penerangan yang digunakan orang-orang di desa, perihal jual beli di pasar desa, dan perihal sungai yang airnya sangat jernih dengan ikan-ikan yang berenang hilir mudik. Cerita itu menjadi menarik alasannya yaitu Bu Pratiwi juga membawa gambar-gambar yan menarik perihal desa, yang dipajangnya di papan tulis.
Pertanyaan:
Dilihat dari topik-topik yang dicakup dalam pembelajaran di atas, model pembelajaran apa yang diterapkan oleh Bu Pratiwi? Jelaskan secara singkat 3 (tiga) karakteristik model pembelajaran tersebut.
Apakah model pembelajaran tersebut sesuai untuk anak kelas I? Dukung tanggapan Anda dengan 3 (tiga) alasan yang terkait dengan perkembangan anak dan teori belajar.
Jawaban Soal TAP S1 PGSD UT
CONTOH JAWABAN:
1. Model pembelajaran yang diterapkan oleh Bu Pratiwi yaitu model pembelajaran terpadu. Adapun 3 (tiga) karakteristik model pembelajaran terpadu yaitu sebagai berikut:
Berpusat pada siswa (student centered). Pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memperlihatkan keleluasaan kepada siswa baik secara individu maupun secara kelompok. Siswa aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan tingkat perkembangan mereka.
Menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan. Pembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena dari banyak sekali macam aspek yang membentuk semacam jalinan antarskemata yang dimiliki oleh siswa, sehingga akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari siswa. Hasil nyata yang didapat dari segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang dipelajari, dan mengakibatkan acara berguru menjadi lebih bermakna. Dengan ini, sanggup diharapkan kemampuan siswa untuk menerapkan perolehan belajaranya pada pemecahan masalah-masalah nyata dalam kehidupannya.
Belajar melaui proses pengalaman langsung. Pada pembelajaran terpadu siswa diprogramkan untuk terlibat secara pribadi pada konsep dan prinsip yang dipelajari dan memungkinkan siswa berguru dengan melaksanakan acara secara langsung, sehingga siswa akan memahami hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan tragedi yang mereka alami, bukan sekedar informasi dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator yang membimbing ke arah tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan siswa, berperan sebagaipencari fakta dan informasi untuk mengembangkan pengetahuannya
Lebih memperhatikan proses daripada hasil semata. Pada pembelajaran terpadu dikembangkan pendekatan inovasi terbimbing (discovery inquiry) yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran terpadu dilaksanakan dengan mempertimbangkan minat dan kemampuan siswa sehingga memungkinkan siswa untuk terus-menerus termotivasi untuk belajar.
Sarat dengan muatan keterkaitan. Pembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan dan pengkajian suatu tanda-tanda atau tragedi dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandangnya yang terkotak-kotak sehingga memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi, yang pada gilirannya nanti akan menciptakan siswa lebih cendekia dan bijak dalam menyikapi dan menghadapi tragedi yang ada.
Bersifat fleksibel. Pembelajaran terpadu bersifat luwes (fleksibel), dimana guru sanggup mengaitkan materi didik dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
2. Ya, model pembelajaran terpadu sesuai untuk anak kelas 1 SD, alasannya yaitu 3 alasan berikut:
Sesuai dengan cara berguru anak. Anak yang duduk di kelas awal SD dalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini merupakan masa perkembangan yang sangat penting dan sering disebut periode emas (the golden years). Siswa pada usia ibarat anak kelas 1 SD masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan, satu keterpaduan (berpikir holistik) dan memahami relasi antar konsep secara sederhana. Piaget (1950) menyatakan bahwa setiap anak mempunyai struktur kognitif yang disebut schemata, yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman perihal objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikirannya) dan proses kemudahan (proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek). Belajar dimaknai sebagai proses interaksi anak dengan lingkungannya.
Sesuai dengan tahap perkembangan intelektual anak yang berada pada tahap operasi konkret. Anak-anak berguru dari hal-hal konkret, yakni yang sanggup dilihat, sanggup didengar, sanggup diraba, sanggup dirasa, dan sanggup dibaui. Proses pembelajaran masih bergantung pada objek-objek aktual dan pengalaman yang dialami mereka secara langsung, di mana hal ini sesuai dengan falsafah berguru bermakna (meaningful learning). Pembelajaran terpadu mengakomodasi kebutuhan anak untuk berguru dari hal-hal yang aktual sebagaimana yang telah dilakukan oleh Ibu Pratiwi. Belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi gres pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Kebermaknaan berguru menghasilkan pemahaman yang utuh sehingga konsep yang telah dipelajari akan dipahami dengan baik dan tak gampang dilupakan.
Saat proses berguru melalui pembelajaran terpadu, setiap anak, termasuk anak kelas 1 SD, tidak sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi juga berupa acara menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang lebih utuh. Ini juga sejalan dengan falsafah konstruktivisme yang menyatakan bahwa anak mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan objek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak sanggup ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak.
Untuk mendapat doc dokumen format .pdf nya silahkan Bapak/Ibu klik disini
3. Soal TAP UT PGSD Kasus Pak Purwadi dan Ibu Lince
Untuk soal yang ketiga ini, perihal permasalahan pembelajaran yang di lakukan oleh Pak Sartono pada Mata Pelajaran Matematika (Pecahan) dan Tematik.
Soal TAP - Tugas Akhir Program
Kasus Pak Purwadi dan Ibu Lince
Mapel: Matematika (Pecahan) dan Tematik
TUGAS AKHIR PROGRAM (TAP)
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
(KODE MATA KULIAH - PDGK 4500)
Penting!
Kerjakanlah soal ujian ini dengan jujur, jikalau terbukti melaksanakan kecurangan/contek-mencontek selama ujian, Anda akan dikenai hukuman akademis berupa pengurangan nilai atau tidak diluluskan (diberi nilai E).
Apabila terbukti memakai JOKI pada ketika ujian, semua mata kuliah yang ditempuh akan diberi nilai E.
Baca dengan cermat kasus-kasus berikut ini, kemudian jawab pertanyaan yang mengikutinya.
Kasus A
Pak Purwadi yaitu seorang guru kelas 4 di sebuah SD yang terletak di tempat pegunungan. Dalam mata pelajaran matematika perihal pecahan, Pak Purwadi menjelaskan cara menjumlahkan pecahan dengan memberi rujukan di papan tulis. Salah satu penjelasannya yaitu sebagai berikut:
Pak Purwadi:
"Perhatikan anak-anak, kalau kita menjumlahkan pecahan, penyebutnya harus disamakan terlebih dahulu, kemudian pembilangnya dijumlahkan. Perhatikan rujukan berikut: 1/2 + 1/4 = 2/4 + 1/4 = 3/4. Perhatikan lagi rujukan ini: 1/2 + 1/3 = 3/6 + 2/6 = 5/6. Makara yang dijumlahnya yaitu pembilangnya, sedangkan penyebutnya tetap. Mengerti anak-anak?"
Anak-anak diam, mungkin mereka bingung.
Pak Purwadi:
Pasti sudah jelas, kan. Nah kini coba kerjakan soal-soal ini."
Pak Purwadi menulis 5 soal di papan tulis dan belum dewasa mengeluarkan buku latihan. Secara berangsur-angsur mereka mulai mengerjakan soal, namun sebagian besar anak ribut alasannya yaitu tidak tahu bagaimana cara mengerjakannya. Hanya beberapa anak yang tampak mengerjakan soal, yang lain hanya menulis soal, dan ada pula yang bertengkar dengan temannya. Selama belum dewasa bekerja Pak Purwadi duduk di depan kelas sambil membaca.
Setelah selesai, belum dewasa diminta saling bertukar hasil pekerjaannya. Pak Purwadi meminta seorang anak menuliskan jawabannya di papan tulis. Tetapi alasannya yaitu tanggapan itu salah, Pak Purwadi kemudian menuliskan semua tanggapan di papan tulis. Kemudian belum dewasa diminta menilik pekerjaan temannya, dan mencocokkan dengan tanggapan di papan tulis. Alangkah kecewanya Pak Purwadi ketika mengetahui bahwa dari 30 anak, hanya seorang yang benar semua, sedangkan seorang lagi benar 3 soal, dan yang lainnya salah semua.
Pertanyaan Kasus A
Identifikasi 3 kelemahan pembelajaran yang dilakukan Pak Purwadi dalam kasus di atas. Berikan alasan mengapa itu anda anggap sebagai kelemahan. (skor 6).
Jika anda yang menjadi Pak Purwadi, jelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan anda tempuh untuk mengajarkan pecahan dengan penyebut yang berbeda. Beri alasan mengapa langkah-langkah itu yang anda tempuh. (skor 15)
Kasus B (Contoh Soal TAP S1 PGSD UT - Universitas Terbuka Program Pendas)
Bu Lince mengajar di kelas 1 SD Sekarharum yang terletak di ibukota sebuah kecamatan. Suatu hari Bu Lince mengajak belum dewasa berbincang-bincang mengenai sayur-sayuran yang banyak dijual di pasar. Anak-anak diminta menyebutkan sayur yang paling disukainya dan menuliskannya di buku masing-masing. Anak-anak kelihatan besar hati dan berlomba menyebutkan dan menuliskan sayur yang disukainya. Pada selesai perbincangan Bu Lince meminta seorang anak menuliskan nama sayur yang sudah disebutkan, sedangkan belum dewasa lain mencocokkan pekerjaannya dengan goresan pena di papan.
Setelah selesai belum dewasa diminta menciptakan kalimat dengan memakai kata-kata yang ditulis di papan tulis.
Bu Lince:
"Anak-anak, lihat kata-kata ini. Ini nama sayur-sayuran. Baca baik-baik, buat kalimat dengan kata-kata itu ya."
Anak-ank menjawab serentak:
"Ya, Bu."
Kemudian Bu Lince pergi ke mejanya dan memperhatikan apa yang dilakukan anak-anak. Karena tak seorangpun yang mulai bekerja, Bu Lince kelihatan tidak sabar.
"Cepat bekerja, dan angkat tangan jikalau sudah punya kalimat." kata Bu Lince dengan bunyi keras. Anak-anak kelihatan bingung, namun Bu Lince membisu saja dan tetap duduk di kursinya. Perhatian belum dewasa menjadi berkurang, bahkan ada yang mulai mengantuk, dan sebagian mulai bermain-main. Mendengar bunyi gaduh, Bu Lince dengan keras menyuruh belum dewasa membisu dan menunjuk seorang anak untuk membacakan kalimatnya. Anak yang ditunjuk membisu alasannya yaitu tidak punya kalimat yang akan dibacakan. Bu Lince memanggil kembali dengan bunyi keras semoga semua anak menciptakan kalimat.
Pertanyaan Kasus B
Bandingkan suasana kelas yang diuraikan pada paragraf 1 dan paragraf selanjutnya, ditinjau dari segi guru, murid, dan acara (skor 6).
Pendekatan pembelajaran mana yang sebaiknya diterapkan oleh Bu Lince ketika mengajar perihal sayur-sayuran untuk belum dewasa kelas 1? Berikan alasan, mengapa pendekatan tersebut yang anda anggap sesuai. (skor 3).
Kembangkan topik sayur-sayuran yang akan anda sajikan dengan pendekatan yang anda sebut pada nomor 2 (skor 5)
Demikian salah satu rujukan soal TAP S1 PGSD UT (Universitas Terbuka) untuk Program Pendas atau pendidikan dasar dari blog penelitian tindakan kelas. Pada goresan pena berikutnya kami akan memperlihatkan bagaimana rujukan tanggapan untuk kedua kasus pembelajaran di atas. Sampai jumpa.
Contoh Jawaban Soal TAP S1 PGSD Universitas Terbuka
Seperti janji blog penelitian tindakan kelas pada goresan pena sebelumnya yang menampilkan rujukan soal TAP (Tugas Akhir Program) untuk mahasiswa FKIP UT (Universitas Terbuka) agenda Pendas (Pendidikan Dasar), maka goresan pena kali ini memuat rujukan tanggapan dari soal tersebut. Untuk menyegarkan kembali ingatan anda: SOAL TAP S1 PGSD UT sanggup anda baca di sini.
Baik berikut rujukan tanggapan dari soal tersebut:
= = = = = = = = = =
JAWABAN SOAL TAP S1 PGSD -UT KASUS A (Pak Purwadi)
1. Tiga (3) kelemahan pembelajaran Pak Purwadi adalah:
Pak Purwadi tidak menjelaskan bagaimana menuntaskan soal secara bertahap, contohnya pada kasus tersebut tampak Pak Purwadi sama sekali tidak menjelaskan bagaimana caranya untuk menyamakan penyebut bilangan pecahan. Penjelasannya terlalu singkat sehingga tidak jelas. Padahal klarifikasi yang runtut, terang dan logis selangkah demi selangkah diharapkan untuk menciptakan siswa gampang memahami penjumlahan pecahan tersebut.
Pak Purwadi tidak mengecek pemahaman siswanya dengan baik. Ia hanya menanyakan "Mengerti anak-anak?". Pertanyaan model ini tidak sanggup mengecek pemahaman siswa. Seharusnya ia menanyakan langkah-langkah menjumlahkan pecahan secara langsung, contohnya dengan menanyakan, "Mengapa penyebut pada langkah penjumlahan pecahan itu diubah menjadi 4 dan 6?" dan sebagainya. Pertanyaan pribadi mengarah ke materi pelajaran, bukan menanyakan apakah anak mengerti atau tidak saja.
Pak Purwadi tidak membimbing siswa, sehabis memperlihatkan 5 soal latihan, alih-alih berkeliling memperlihatkan pinjaman pada siswa yang membutuhkan, ia malah duduk di depan kelas (di kursinya) sambil membaca.
Ketika salah seorang anak diminta menuliskan jawabannya di papan tulis, Pak Purwadi tidak meminta tanggapan dari siswa lain. Hal ini merupakan sebuah kelemahan pembelajaran, padahal apabila Pak Purwadi memanfaatkannya menjadi materi diskusi dan kesempatan untuk menjelaskan kembali materi terkait soal tersebut maka pembelajaran akan sanggup menjadi lebih baik.
2. Pada materi penjumlahan pecahan tersebut, jikalau saya menjadi Pak Purwadi maka langkah-langkah yang akan saya lakukan yaitu sebagai berikut:
KEGIATAN PENDAHULUAN
Melakukan apersepsi
Memberikan motivasi
Menyampaikan tujuan pembelajaran
KEGIATAN INTI
Memberikan sebuah rujukan soal perihal penjumlahan pecahan yang mempunyai penyebut yang berbeda, misal 1/4 + 1/2
Menyajikan langkah-langkah demi langkah cara menuntaskan rujukan soal tersebut secara runtut, rinci, jelas, dan logis kepada siswa.
Memberikan sebuah rujukan soal lagi, misal 1/3 + 1/4
Meminta siswa untuk berpartisipasi secara bergantian untuk menuntaskan soal tersebut selangkah demi selangkah, sembari mengecek pemahaman setiap siswa.
Membantu siswa yang mengalami kesulitan pada langkah-langkah yang dilakukan untuk menuntaskan soal tersebut.
Memberi sebuah rujukan soal lagi, contohnya 1/2 + 1/5.
Kembali meminta siswa mengerjakan soal tersebut, kali ini secara berpasangan dengan sobat sebangku mereka (teman yang duduk berdekatan) masing-masing.
Meminta siswa mengecek hasil pekerjaan mereka dengan membandingkannya dengan hasil pekerjaan pasangan lainnya.
Meminta mereka mendiskusikan apabila terdapat perbedaan jawaban, sembari guru memperlihatkan bimbingan bila diperlukan.
Memberikan soal latihan sebanyak 5 buah rujukan soal untuk dikerjakan.
Mengecek tanggapan siswa dengan meminta beberapa orang menuliskan tanggapan mereka masing-masing di papan tulis.
memfasilitasi diskusi kelas apabila terdapat perbedaan-perbedaan tanggapan siswa.
PENUTUP
Mengajak siswa merefleksi dan menyimpulkan pembelajaran yang telah diikuti.
Memberikan kiprah rumah (PR) dan meminta siswa berguru untuk materi pada pertemuan berikutnya.
= = = = = = = = = =
JAWABAN SOAL KASUS TAP S1 PGSD UT KASUS B (BU LINCE)
1. Pada Paragraf 1, tampak Bu Lince dan semua siswa sangat menikmati pembelajaran yang dilaksanakan. Hal ini terlihat dari bagaimana Bu Lince dengan bagusnya mengajak siswa-siswa tersebut untuk berbincang-bincang mengenai sayur-sayuran yang dijual dipasar dan sayuran mana yang paling mereka sukai. Dengan baik sekali Bu Lince melaksanakan pembelajaran di belahan awal. Anak-anakpun dengan gampang mengikutinya dengan bahagia dan gembira. Berbeda dengan paragraf berikutnya, ketika Bu Lince mulai meminta belum dewasa kelas 1 itu untuk menciptakan kalimat dari kata-kata yang telah ditulis mereka di buku catatan masing-masing. Tentu saja pelajaran berikutnya ini lebih rumit dibanding sesi pertama yang hanya meminta mereka menuliskan sayuran yang disukai. Lebih-lebih belum dewasa tidak diberikan rujukan atau cara bagaimana menciptakan dan menulis kalimat yang bekerjasama dengan sayur-sayuran tersebut, dan tanpa pembimbingan sama sekali. Anak-anak menjadi bingung, ribut, dan frustasi.
2. Pendekatan yang sebaiknya digunakan oleh Bu Lince untuk belum dewasa kelas 1 ini yaitu pembelajaran terpadu (tematik), alasannya yaitu pemikiran belum dewasa kelas 1 masih bersifat holistik. Selain itu pembelajaran tematik menciptakan siswa lebih aktif (terlibat aktif dalam pembelajaran), fleksibel dan sesuai dengan minat dan perkembangan siswa.
3. Apabila kita mengajarkan pembelajaran tematik di kelas 1 dengan tema sayur-sayuran, maka tema ini sanggup dikembangkan untuk membelajarkan siswa pada banyak sekali mata pelajaran yang terkait dengan tema itu, misalnya: untuk mata pelajaran bahasa, siswa sanggup diminta menuliskan jenis-jenis sayuran yang biasa mereka jumpai di pasar, untuk mata pelajaran IPA siswa sanggup diajak untuk mengenal bagian-bagian tumbuhan yang digunakan sebagai sayuran ibarat daun, batang, bunga, buah, atau umbi. Pada mata pelajaran PKn misalnya, guru sanggup mengajarkan sikap jujur dalam acara jual beli di pasar, serta untuk pelajaran Penjaskes, bahwa untuk tumbuh sehat, kita membutuhkan zat-zat bergizi berupa vitamin yang terdapat dalam sayur-sayuran yang kita konsumsi.
Bagi Bapak/Ibu yang ingin mendapat file doc dokumen .Pdf nya silahkan anda klik disini
4. Soal TAP UT PGSD Kasus Ibu Is
Untuk soal yang keempat ini, mengenai permasalahan pembelajaran yang di lakukan oleh Ibu Is pada Mata Pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) materi perihal Pernapasan Pada Manusia
Soal TAP - Tugas Akhir Program
Kasus Ibu Is – IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
Mapel: IPA Pernapasan Pada Manusia
TUGAS AKHIR PROGRAM (TAP)
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
(KODE MATA KULIAH - PDGK 4500)
Bu Is akan mengajarkan IPA dengan topik pernapasan pada manusia, di kelas V SD. Ia mempersiapkan media berupa gambar organ pernapasan dan model organ pernapasan dan model organ pernapasan manusia. Ia juga mempersiapkan Lomba Kompetensi Siswa perihal nama – nama organ pernapasan manusia.
Sebelum mengajar, Bu Is memperlihatkan apersepsi bahwa salah satu ciri makhluk hidup yaitu bernapas. Bu Is juga memberikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu perihal macam/nama organ pernapasan insan dan fungsi masing–masing organ tersebut. Setelah itu, Bu Is memulai mengajar materi perihal organ pernapasan. Ia menyuruh semua murid menarik napas untuk menunjukan bahwa insan bernapas dan untuk mengetahui dimana letak organ – organ pernapasan tersebut. Bu Is memasang organ pernapasan insan di papan tulis, dan tanya jawab perihal nama – nama organ pernapasan manusia. Setelah itu Bu Is memperlihatkan Lomba Kompetensi Siswa sebagai latihan secara berkelompok. Siswa melaporkan hasil diskusinya dan kelompok lain menanggapinya.
Untuk menambah pemahaman siswa, Bu Is memperlihatkan model organ pernapasan manusia. Hal ini juga bertujuan menciptakan siswa lebih tertarik untuk mengetahui siswa lebih tertarik untuk mengetahui letak dan fungsi organ pernapasan manusia. Sambil memperlihatkan pada model, Bu Is mengadakan tanya jawab perihal fungsi masing-masing organ pernafasan pada manusia.
Setelah itu Bu Is mengadakan evaluasi, dan sehabis dikoreksi, Bu Is tidak menyangka bahwa risikonya tidak memuaskan. Hasil nilai murid yang mencapai 75 ke atas hanya 10 orang dari 30 siswa. Bu Is merenung, mengapa sasaran tidak tercapai, padahal dia menargetkan 75 % siswa mendapat nilai 75 ke atas ?
1. Mengidentifikasi duduk kasus yang penting
Bu Is mengajarkan materi IPA dengan topik organ pernapasan insan kelas V SD.
Media yang digunakan yaitu gambar dan model organ pernapasan manusia.
Lomba Kompetensi Siswa yang berisi gambar organ pernapasan insan dan siswa disuruh untuk menjelaskan nama.
Mengadakan apersepsi dengan menyatakan bahwa salah satu ciri makhluk hidup yaitu bernapas.
Menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu supaya siswa – siswa mengetahui perihal nama – nama organ pernapasan insan dan fungsinya.
Metode yang digunakan demonstrasi, tanya jawab, penugasan, diskusi, ceramah.
Setelah hasil ulangan diperiksa ternyata hanya ada 10 orang siswa yang nilainya 75 ke atas dari 30 orang siswa.
2. Bu Is sudah merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dengan baik, ternyata risikonya kurang memuaskan.
3. Analisis penyebab masalah
a. Bu Is terlalu banyak memakai metode, sehingga dalam pelaksanaan
masing – masing metode kurang tuntas.
b. Bu Is tidak memperlihatkan pemantapan materi dan kesimpulan di akhir
acara berguru mengajar.
c. Bu Is kurang menguasai materi
4. Alternatif pemecahan masalah
Seharusnya dalam proses berguru mengajar, Bu Is tidak terlalu banyak memakai metode, alasannya yaitu hal itu justru menciptakan proses pemahaman konsep menjadi tidak mantap. Pilih beberapa metode saja yang dianggap paling sempurna untuk mengajarkan materi tersebut.
Pada selesai proses berguru mengajar, seharusnya Bu Is memperlihatkan pemantapan dan kesimpulan, supaya siswa lebih paham terhadap materi yang diajarkan.
Sebelum mengajar seharusnya Bu Is sudah menguasai materi sehingga dalam pelaksanaannya berjalan dengan lancar, jelas, dan semoga yang disampaikan gampang di serap oleh siswa.
5. Pemecahan masalah
Jika diamati lebih dalam, kasus yang muncul dalam pembelajaran Bu Is yaitu alasannya yaitu kurang menguasai materi. Padahal salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu kompetensi professional. Artinya ia harus mempunyai pengetahuan yang luas serta dalam dari bidang studi yang akan diajarkan serta penguasaan metodologis dalam arti mempunyai pengetahuan konsep teoritik, bisa mempunyai metode yang sempurna serta bisa memakai banyak sekali metode dalam PBM. Guru juga harus mempunyai pengetahuan luas perihal landasan kependidikan dan pemahaman terhadap murid.
Hal ini juga ibarat yang dikemukakan oleh Robert W. Richey ( 1974 ) bahwa ciri – ciri profesionalisasi jabatan guru salah satunya yaitu para guru di tuntut mempunyai pemahaman serta ketrampilan yang tinggi dalam hal materi pengajar, metode, anak didik dan landasan kependidikan.
Johnson ( 1980 ) menjabarkan cakupan kemampuan professional guru diantaranya yaitu penguasaan materi pelajaran yang etrdiri atas penguasaan materi yang harus diajarkan dan konsep-konsep dasar keilmuan dari materi yang diajarkannya.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penguasaan materi bagi seorang guru yaitu mutlak adanya. Makara untuk mengatasi kasus tersebut di atas, hal yang paling penting yang harus dikerjakan yaitu peningkatan kompetensi guru dengan cara rajin membaca, menerapkan dan mengembangkan ilmunya. Dengan langkah ibarat ini, diharapkan sanggup meningkatkan kualitas guru yang berimbas pada peningkatan prestasi siswa. Makara kasus di atas tidak akan terulang kembali.